Kamis, 28 Januari 2016

Pendalaman Alkitab: Keluaran - Membangkitkan Seseorang yang Bukan Siapa-siapa


Untuk memahami Kitab Keluaran, Anda perlu memahami bangsa Israel, masalah mereka, dan nabi mereka. Kitab Keluaran adalah kisah tentang umat Allah dan bagaimana mereka terluput dari perbudakan di bawah kepemimpinan Musa. 
*Tiga Pesan Utama
Seperti yang telah kita pelajari, kata Keluaran artinya “jalan ke luar.” Pesan Kitab Keluaran sesungguhnya adalah: Bagaimana jalan ke luar dari perbudakan bangsa Israel ini? Perbudakan ini, yang pertama-tama adalah perbudakan fisik, dan kisah tentang kelepasan mereka dari perbudakan adalah salah satu mujizat terbesar dalam Alkitab. Kisah mereka adalah kisah nyata. Suatu perjalanan sejarah. Bagaimana kejadiannya dan apa saja yang terlibat sungguh merupakan pesan yang sangat menarik dari Kitab Keluaran, dan itulah fokus pertama Kitab ini. Selain bersifat sejarah, Kitab Keluaran juga memuat kebenaran kiasan untuk diterapkan dalam kehidupan kita masing-masing dengan setia. Yaitu: Kita pun adalah budak.
Kita tidak melakukan apa yang ingin kita lakukan; kita melakukan apa yang harus kita lakukan. Dan kalau kita melakukan apa yang harus kita lakukan dan bukan apa yang ingin kita lakukan, kita tidaklah bebas. Kalau kita tidak bebas, kita adalah budak, dan kita pun membutuhkan solusi atas perbudakan ini. Kita perlu menemukan kelepasan dari perbudakan kita terhadap dosa. Kata keselamatan, yang sudah tidak asing lagi, sesungguhnya sama artinya dengan kata kelepasan dalam Perjanjian Lama. Keselamatan sesungguhnya adalah kelepasan dari dosa. Bukan saja dari hukuman dosa di masa sekarang maupun di masa yang akan datang, melainkan juga dari kuasa dosa. Hendaknya kita juga memfokuskan studi kita tentang Kitab Keluaran ini pada karakter nabi Musa. Jika Anda memperhatikan orang-orang pilihan Allah dalam Alkitab, Musa jauh melebihi yang lain. Saya sepenuhnya meyakini bahwa Musa adalah orang pilihan Allah yang terbesar dalam Kitab Suci. Anda dapat menghargai kebesaran Musa apabila Anda merenungkan kontribusinya bagi karya Allah. Abraham menjadi bapa bangsa pilihan Allah dan seperti yang telah kita bahas sebelumnya, Yakub yang memberi mereka nama dan Yusuf yang menyelamatkan mereka dari bencana kelaparan. Akan tetapi coba Anda merenungkan apa yang dilakukan Musa bagi mereka! Kitab Keluaran adalah catatan Alkitabiah akan apa yang dikontribusikan Musa bagi karya Allah. 
*Kontribusi Musa bagi Karya Allah
Pertama-tama, Musa memberikan kebebasan bagi bangsa yang diperbudak ini. Sebagian besar orang tidak tahu, seperti apa rasanya menjadi budak. Ketika orang dipenjara, satu-satunya hal yang merasuki mereka, menguasai mereka, adalah hasrat untuk bebas. Musa memberi para budak ini apa yang paling mereka inginkan: kebebasan. Lalu Musa memberi mereka apa yang paling dibutuhkan orang yang baru merdeka yaitu pemerintahan atau hukum. Dalam dunia rohani, Musa memberi umat Allah ini dua hal yang tak ternilai: Ia memberi mereka Firman Allah, dan ia memberi mereka ibadah. Ketika orang membaca Alkitab dari awal, mereka tidak kesulitan membaca Kitab Kejadian, terutama tentang tokoh-tokohnya. Lalu ada drama Keluaran, yaitu kelepasan dari Mesir. Itupun tidak sulit. Akan tetapi, begitu sampai ke tiga pasal terakhir Kitab Keluaran dan memasuki Kitab Imamat, mereka mulai kesulitan membacanya dan banyak yang pada akhirnya berhenti membaca Alkitab, sebab rasanya mulai seperti membaca buku pedoman atau penuntun. Padahal sesungguhnya memang demikian.
Ketika Anda memahami maksud dari buku pedoman, Anda akan mulai tertarik. Bagian akhir Kitab Keluaran dan keseluruhan Kitab Imamat adalah buku penuntun untuk beribadah.  Kalau kita dibiarkan sendirian, kita tidak tahu bagaimana caranya beribadah. Sama seperti halnya para rasul meminta agar Yesus mengajari mereka berdoa, bangsa Israel pun perlu diajari bagaimana caranya beribadah – demikian pula kita. Di gereja-gereja yang memberlakukan apa yang kita sebut “liturgi”, pendeta lebih banyak membelakangi jemaat dan menghadap altar. Gereja-gereja ini dan gereja-gereja kaum Yahudi, memiliki bentuk ibadah yang berakar dari yang kita temukan dalam kemah ibadah yang dibangun Musa atas perintah Allah itu. Saya ingin melihat kehidupan Musa begini. Masalah besar Kitab Keluaran adalah masalah perbudakan. Solusinya adalah kelepasan. Allah memanggil Musa untuk melepaskan bangsa Israel. Dalam penerapannya, sama seperti halnya Kitab Keluaran merupakan ilustrasi tentang kelepasan atau keselamatan, kehidupan Musa adalah salah satu ilustrasi besar tentang bagaimana caranya menjadi seorang pembebas/penyelamat.   
*Kisah Musa
Terlepas dari kuasa dosa adalah pengalaman terbesar yang dapat Anda alami dalam hidup Anda. Pengalaman terbesar kedua adalah menjadi alat dimana melaluinya orang lain dilepaskan. Coba perhatikan tiga periode kehidupan Musa, masing-masingnya selama 40 tahun. Dalam 40 tahun pertama, pelajaran utama yang Allah sampaikan kepada Musa adalah “Musa, engkau bukan siapa-siapa.” Melalui berbagai keadaan yang luar biasa, Musa dibesarkan di istana Firaun (lihat Keluaran 1-2:10). Mungkin karena hal itulah maka Musa sempat menganggap dirinya istimewa. Akan tetapi menjelang Musa berusia 40 tahun, tampaknya Allah berhasil meyakinkan Musa bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa (lihat 2:11-15). Pelajaran kedua yang Allah sampaikan kepada Musa terjadi dalam 40 tahun kedua dalam kehidupannya. Kali ini, pesan Allah adalah, “Musa, engkau bukan sembarang orang sebab Aku telah memilihmu dan Aku menyertaimu.” Di akhir 40 tahun pertama kehidupannya, pada suatu hari Musa menyaksikan penderitaan para budak Ibrani itu, dan menyadari bahwa dirinya sendiri seorang budak Ibrani. Keluaran 2:11 mengatakan: “Pada waktu itu, ketika Musa telah dewasa, ia keluar mendapatkan saudara-saudaranya untuk melihat kerja paksa mereka; lalu dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya itu.” Jelas bahwa Musa berbelas kasih terhadap saudara-saudaranya itu, dan turut merasakan penderitaan mereka.  Di titik itulah, pada prinsipnya Allah menyampaikan kepada Musa, “Bukan demikian caranya menjadi pembebas. Silakan mengikuti “seminari” dulu selama empat puluh tahun, baru merenungkan bagaimana caranya melepaskan bangsa ini dari perbudakan.” Empat puluh tahun kemudian, Musa sedang di padang gurun ketika ia melihat semak menyala. Karena panas yang tinggi di padang gurun, sesungguhnya hal itu bukan kejadian aneh. Biasanya, semak tersebut akan habis termakan api dalam waktu kira-kira lima detik. Akan tetapi kali ini, semak tersebut tidak habis dimakan api, melainkan terus menyala. Maka Musa mencari tahu apa yang terjadi (3:1-3). “Ketika dilihat Tuhan, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: ‘Musa, Musa!’ dan ia menjawab, ‘Ya, Allah.’ Lalu Ia berfirman: ‘Janganlah datang dekat-dekat; tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus.’ Lagi Ia berfirman: ‘Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.’ Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.” (3:4-6).
Di sini Allah menyampaikan bahwa yang penting bukanlah bahwa Musa telah melihat masalah perbudakan bangsa Israel itu. Yang penting bukanlah belas kasihan Musa atau hasrat Musa untuk melakukan sesuatu tentang perbudakan tersebut. Yang penting adalah bahwa Allahnya Musa telah melihat masalah tersebut dan telah datang untuk melakukan sesuatu tentang masalah tersebut. Oleh karenanya, Allah memerintahkan agar Musa pergi menghadap Firaun dan menuntut kebebasan bagi bangsa Israel. Bayangkan betapa terkejutnya Musa! Ketika Musa tidak berhasil melepaskan bangsa Israel dengan cara membunuh seorang Mesir, Allah menunjukkan kepada Musa bahwa ia bukan siapa-siapa. Di semak yang menyala, Allah berhasil meyakinkan bahwa Musa bukan sembarang orang. Pada dasarnya, kedua pelajaran dasar ini – yaitu bahwa Musa bukan siapa-siapa, dan bahwa Musa bukan sembarang orang ketika Allah menyertainya – menciptakan kerendahan hati Musa. Allah mengajarkan kedua pelajaran tersebut untuk menjadikan Musa sebagai orang yang dipakai untuk pembebasan bangsa Israel dari Mesir. Sebagian besar orang yang berwenang berupaya untuk memilih orang yang paling memenuhi syarat untuk melaksanakan tugas-tugas penting. Dalam Alkitab, tampaknya seolah-olah Allah justru memilih orang yang paling tidak memenuhi syarat. Kalau kita mau digunakan oleh Allah untuk melepaskan orang lain saat ini, kalau kita ingin melihat teman atau orang yang kita kasihi terlepas dari perbudakan dosa, janganlah kita melupakan bahwa bukan kita yang menjadi pelepas, melainkan Allah sendiri. 
*Pelajaran Bagi Kita
Seseorang yang rendah hati memahami Siapa yang sesungguhnya berkarya. Orang yang rendah hati mengatakan, “Adalah rencana Allah untuk menggunakan kuasa-Nya kepada umat-Nya untuk mencapai maksud-Nya, menurut rencana-Nya.” Dalam Kitab Keluaran, Allah adalah seperti Pokok Anggur, yang mencari ranting-ranting untuk menjadi bagiannya. Allah takkan berkarya tanpa instrumen. Oleh karenanya, Allah harus menemukan Musa-Nya. Akan tetapi begitu Ia memanggil Musa-Nya, Ia harus meyakinkan Musa-Nya itu: “Engkau bukanlah siapa-siapa. Bukan engkau yang akan melakukan hal ini. Setelah engkau memahaminya, barulah engkau dapat menjadi seseorang yang dapat Kugunakan, menjadi seseorang yang melaluinya Aku dapat berkarya dan engkau dapat mengetahui mujizat besar apa yang sanggup Aku lakukan melalui seseorang yang telah menyadari bahwa dirinya bukan siapa-siapa.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar