Untuk memahami Kitab Keluaran, Anda perlu memahami bangsa Israel, masalah mereka, dan nabi mereka. Kitab Keluaran adalah kisah tentang umat Allah dan bagaimana mereka terluput dari perbudakan di bawah kepemimpinan Musa.
*Tiga Pesan Utama
Seperti
yang telah kita pelajari, kata Keluaran artinya “jalan ke luar.” Pesan Kitab
Keluaran sesungguhnya adalah: Bagaimana jalan ke luar dari perbudakan bangsa
Israel ini? Perbudakan ini, yang pertama-tama adalah perbudakan fisik, dan
kisah tentang kelepasan mereka dari perbudakan adalah salah satu mujizat
terbesar dalam Alkitab. Kisah mereka adalah kisah nyata. Suatu perjalanan
sejarah. Bagaimana kejadiannya dan apa saja yang terlibat sungguh merupakan
pesan yang sangat menarik dari Kitab Keluaran, dan itulah fokus pertama Kitab
ini. Selain bersifat sejarah, Kitab Keluaran juga memuat kebenaran kiasan untuk
diterapkan dalam kehidupan kita masing-masing dengan setia. Yaitu: Kita pun adalah
budak.
Kita
tidak melakukan apa yang ingin kita lakukan; kita melakukan apa yang harus kita
lakukan. Dan kalau kita melakukan apa yang harus kita lakukan dan bukan apa
yang ingin kita lakukan, kita tidaklah bebas. Kalau kita tidak bebas, kita
adalah budak, dan kita pun membutuhkan solusi atas perbudakan ini. Kita perlu
menemukan kelepasan dari perbudakan kita terhadap dosa. Kata keselamatan, yang
sudah tidak asing lagi, sesungguhnya sama artinya dengan kata kelepasan dalam
Perjanjian Lama. Keselamatan sesungguhnya adalah kelepasan dari dosa. Bukan
saja dari hukuman dosa di masa sekarang maupun di masa yang akan datang,
melainkan juga dari kuasa dosa. Hendaknya kita juga memfokuskan studi kita
tentang Kitab Keluaran ini pada karakter nabi Musa. Jika Anda memperhatikan
orang-orang pilihan Allah dalam Alkitab, Musa jauh melebihi yang lain. Saya
sepenuhnya meyakini bahwa Musa adalah orang pilihan Allah yang terbesar dalam
Kitab Suci. Anda dapat menghargai kebesaran Musa apabila Anda merenungkan
kontribusinya bagi karya Allah. Abraham menjadi bapa bangsa pilihan Allah dan
seperti yang telah kita bahas sebelumnya, Yakub yang memberi mereka nama dan
Yusuf yang menyelamatkan mereka dari bencana kelaparan. Akan tetapi coba Anda
merenungkan apa yang dilakukan Musa bagi mereka! Kitab Keluaran adalah catatan
Alkitabiah akan apa yang dikontribusikan Musa bagi karya Allah.
*Kontribusi Musa bagi Karya Allah
Pertama-tama,
Musa memberikan kebebasan bagi bangsa yang diperbudak ini. Sebagian besar orang
tidak tahu, seperti apa rasanya menjadi budak. Ketika orang dipenjara,
satu-satunya hal yang merasuki mereka, menguasai mereka, adalah hasrat untuk
bebas. Musa memberi para budak ini apa yang paling mereka inginkan: kebebasan.
Lalu Musa memberi mereka apa yang paling dibutuhkan orang yang baru merdeka
yaitu pemerintahan atau hukum. Dalam dunia rohani, Musa memberi umat Allah ini
dua hal yang tak ternilai: Ia memberi mereka Firman Allah, dan ia memberi
mereka ibadah. Ketika orang membaca Alkitab dari awal, mereka tidak kesulitan
membaca Kitab Kejadian, terutama tentang tokoh-tokohnya. Lalu ada drama
Keluaran, yaitu kelepasan dari Mesir. Itupun tidak sulit. Akan tetapi, begitu
sampai ke tiga pasal terakhir Kitab Keluaran dan memasuki Kitab Imamat, mereka
mulai kesulitan membacanya dan banyak yang pada akhirnya berhenti membaca
Alkitab, sebab rasanya mulai seperti membaca buku pedoman atau penuntun.
Padahal sesungguhnya memang demikian.
Ketika
Anda memahami maksud dari buku pedoman, Anda akan mulai tertarik. Bagian akhir
Kitab Keluaran dan keseluruhan Kitab Imamat adalah buku penuntun untuk
beribadah. Kalau kita dibiarkan
sendirian, kita tidak tahu bagaimana caranya beribadah. Sama seperti halnya
para rasul meminta agar Yesus mengajari mereka berdoa, bangsa Israel pun perlu
diajari bagaimana caranya beribadah – demikian pula kita. Di gereja-gereja yang
memberlakukan apa yang kita sebut “liturgi”, pendeta lebih banyak membelakangi
jemaat dan menghadap altar. Gereja-gereja ini dan gereja-gereja kaum Yahudi,
memiliki bentuk ibadah yang berakar dari yang kita temukan dalam kemah ibadah
yang dibangun Musa atas perintah Allah itu. Saya ingin melihat kehidupan Musa
begini. Masalah besar Kitab Keluaran adalah masalah perbudakan. Solusinya
adalah kelepasan. Allah memanggil Musa untuk melepaskan bangsa Israel. Dalam
penerapannya, sama seperti halnya Kitab Keluaran merupakan ilustrasi tentang
kelepasan atau keselamatan, kehidupan Musa adalah salah satu ilustrasi besar
tentang bagaimana caranya menjadi seorang pembebas/penyelamat.
*Kisah Musa
Terlepas
dari kuasa dosa adalah pengalaman terbesar yang dapat Anda alami dalam hidup
Anda. Pengalaman terbesar kedua
adalah menjadi alat dimana melaluinya orang lain dilepaskan. Coba perhatikan
tiga periode kehidupan Musa, masing-masingnya selama 40 tahun. Dalam 40 tahun
pertama, pelajaran utama yang Allah sampaikan kepada Musa adalah “Musa, engkau
bukan siapa-siapa.” Melalui berbagai keadaan yang luar biasa, Musa dibesarkan
di istana Firaun (lihat Keluaran 1-2:10). Mungkin karena hal itulah maka Musa
sempat menganggap dirinya istimewa. Akan tetapi menjelang Musa berusia 40
tahun, tampaknya Allah berhasil meyakinkan Musa bahwa dirinya bukanlah
siapa-siapa (lihat 2:11-15). Pelajaran kedua yang Allah sampaikan kepada Musa
terjadi dalam 40 tahun kedua dalam kehidupannya. Kali ini, pesan Allah adalah,
“Musa, engkau bukan sembarang orang sebab Aku telah memilihmu dan Aku
menyertaimu.” Di akhir 40 tahun pertama kehidupannya, pada suatu hari Musa
menyaksikan penderitaan para budak Ibrani itu, dan menyadari bahwa dirinya
sendiri seorang budak Ibrani. Keluaran 2:11 mengatakan: “Pada waktu itu, ketika
Musa telah dewasa, ia keluar mendapatkan saudara-saudaranya untuk melihat kerja
paksa mereka; lalu dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang
dari saudara-saudaranya itu.” Jelas bahwa Musa berbelas kasih terhadap
saudara-saudaranya itu, dan turut merasakan penderitaan mereka. Di titik itulah, pada prinsipnya Allah
menyampaikan kepada Musa, “Bukan demikian caranya menjadi pembebas. Silakan
mengikuti “seminari” dulu selama empat puluh tahun, baru merenungkan bagaimana
caranya melepaskan bangsa ini dari perbudakan.” Empat puluh tahun kemudian,
Musa sedang di padang gurun ketika ia melihat semak menyala. Karena panas yang
tinggi di padang gurun, sesungguhnya hal itu bukan kejadian aneh. Biasanya,
semak tersebut akan habis termakan api dalam waktu kira-kira lima detik. Akan
tetapi kali ini, semak tersebut tidak habis dimakan api, melainkan terus
menyala. Maka Musa mencari tahu apa yang terjadi (3:1-3). “Ketika dilihat
Tuhan, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari
tengah-tengah semak duri itu kepadanya: ‘Musa, Musa!’ dan ia menjawab, ‘Ya,
Allah.’ Lalu Ia berfirman: ‘Janganlah datang dekat-dekat; tanggalkanlah kasutmu
dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang
kudus.’ Lagi Ia berfirman: ‘Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan
Allah Yakub.’ Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.”
(3:4-6).
Di sini Allah menyampaikan bahwa yang
penting bukanlah bahwa Musa telah melihat masalah perbudakan bangsa Israel itu.
Yang penting bukanlah belas kasihan Musa atau hasrat Musa untuk melakukan
sesuatu tentang perbudakan tersebut. Yang penting adalah bahwa Allahnya Musa
telah melihat masalah tersebut dan telah datang untuk melakukan sesuatu tentang
masalah tersebut. Oleh karenanya, Allah memerintahkan agar Musa pergi menghadap
Firaun dan menuntut kebebasan bagi bangsa Israel. Bayangkan betapa terkejutnya
Musa! Ketika Musa tidak berhasil melepaskan bangsa Israel dengan cara membunuh
seorang Mesir, Allah menunjukkan kepada Musa bahwa ia bukan siapa-siapa. Di
semak yang menyala, Allah berhasil meyakinkan bahwa Musa bukan sembarang orang.
Pada dasarnya, kedua pelajaran dasar ini – yaitu bahwa Musa bukan siapa-siapa,
dan bahwa Musa bukan sembarang orang ketika Allah menyertainya – menciptakan
kerendahan hati Musa. Allah mengajarkan kedua pelajaran tersebut untuk
menjadikan Musa sebagai orang yang dipakai untuk pembebasan bangsa Israel dari
Mesir. Sebagian besar orang yang berwenang berupaya untuk memilih orang yang
paling memenuhi syarat untuk melaksanakan tugas-tugas penting. Dalam Alkitab,
tampaknya seolah-olah Allah justru memilih orang yang paling tidak memenuhi
syarat. Kalau kita mau digunakan oleh Allah untuk melepaskan orang lain saat
ini, kalau kita ingin melihat teman atau orang yang kita kasihi terlepas dari
perbudakan dosa, janganlah kita melupakan bahwa bukan kita yang menjadi
pelepas, melainkan Allah sendiri.
*Pelajaran Bagi Kita
Seseorang yang rendah hati memahami Siapa
yang sesungguhnya berkarya. Orang yang rendah hati mengatakan, “Adalah
rencana Allah untuk menggunakan kuasa-Nya kepada umat-Nya untuk mencapai
maksud-Nya, menurut rencana-Nya.” Dalam Kitab Keluaran, Allah adalah seperti Pokok
Anggur, yang mencari ranting-ranting untuk menjadi bagiannya. Allah takkan
berkarya tanpa instrumen. Oleh karenanya, Allah harus menemukan Musa-Nya. Akan
tetapi begitu Ia memanggil Musa-Nya, Ia harus meyakinkan Musa-Nya itu: “Engkau
bukanlah siapa-siapa. Bukan engkau yang akan melakukan hal ini. Setelah engkau
memahaminya, barulah engkau dapat menjadi seseorang yang dapat Kugunakan,
menjadi seseorang yang melaluinya Aku dapat berkarya dan engkau dapat
mengetahui mujizat besar apa yang sanggup Aku lakukan melalui seseorang yang
telah menyadari bahwa dirinya bukan siapa-siapa.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar