Kamis, 11 Mei 2017

Renungan Harian - Suka Duka Dipakai-Nya



Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi  Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. (Kejadian 50:20)

Sebagai orang percaya, didalam kehidupan kita yang sarat akan pergumulan, terkadang kita sering protes dan bertanya kepada Tuhan, “Mengapa hal buruk dan penderitaan menimpa kita? Mengapa selama ini kita sudah melakukan hal yang benar tapi masalah tak henti-hentinya datang? mengapa selama ini kita mengandalkan Tuhan dan rajin beribadah tapi pergumulan tetap selalu ada?" Mungkin pertanyaan yang sama juga terlintas dalam benak Fanny Crosby. Fanny adalah seorang pengguba lagu-lagu himne gereja yang karyanya sudah mendunia. Fanny Crosby terlahir normal tapi waktu kecil dia harus kehilagan penglihatannya akibat sakit. Namun, justru setelah tidak bisa melihat itulah Fanny merasakan dan menjadi saksi atas betapa besar kasih Tuhan. Maka, sebagai bentuk ungkapan syukur dan kesaksian imannya, dia menggubah banyak sekali himne. Salah satu lagu himnenya berjudul “Diajalanku Ku Diiring”, dibagian akhir bait pertama ada sepenggal aklimat yang begitu membekas dan mempunyai arti yang dalam, bunyinya: “Suka duka dipakai-Nya untuk kebaikanku.”
        Mungkinkah Tuhan memakai suka duka untuk kebaikan kita? Ya! Secara logika kita mungkin berpikir masakkan duka dapat membawa kebaikan. Kita mungkin sering berpikir dan berkata “Tuhan memberkatiku” atau “Tuhan Yesus Baik” hanya disaat kita mengalami sesuatu yang menyenangkan. Ketika amsalah datang, kita mulai protes dan bahkan mempertanyakan keberadaan Tuhan. Jalan Tuhan memang tak dapat diselami oleh setiap hati manusia. Cara Tuhan bekerja sungguh diluar pemikiran kita. Tuhan sering menggunakan masalah, dukacita dan kegagalan kita untuk suatu kebaikan. Fanny Crosby telah mengalaminya. Bahkan kita teringat juga pada sosok Ayub yang saleh dan kaya raya namun ditempa dengan masalah yang teramat dahsyat dimana dengan iman yang setengah-setengah Ayub mungkin saja mengutuki Tuhan. Namun dia tidak melakukannya. Ditengah pergumulannya dia tak menyalahkan Tuhan sedikitpun malahan dia berkata: “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah tetapi tidak mau menerima yang buruk?” (Ayub 2:10). Suatu ungkapan iman yang luar biasa. Pada akhirnya kita melihat Tuhan memulihkan Ayub dan mengganti semua yang diambil-Nya dari Ayub dua kali lipat dari apa yang dipunyainya sebelumnya.
Hal yang sama dialami oleh seorang Yusuf anak Yakub. Perjalanan hidupnya yang naik turun, berawal dari menjadi salah satu anak kesayangan ayahnya, dibuang oleh saudara-saudaranya, dijual menjadi budak dimesir, difitnah dan dipenjarakan, hingga akhirnya menjadi seorang Penguasa Mesir. Pergumulan dan masalah bertubi-tubi yang dialami Yusuf menghantarkannya pada titik tertinggi dalam hidupnnya, bukan karena kesuksesannya namun karena dia boleh menajdi berkat abgi banyak orang. Lihatalah bagaimana Tuhan sanggup mengubah kutuk menjadi ebrkat. Lihatlah abgaimana Tuhan kuasa Tuhan bekerja dalam setiap suka dan duka yang dialami Yusuf, Ayub dan Fanny Crosby. Hal yang sama juga berlaku bagi kita orang percaya jiak kita senantaisa hidup mengandalkan Tuhan.
        Apabila saat ini kita mengalami masalah, pergumulan bahakan penderitaan yang membuat kita seakan ingin menyerah, tetaplah percaya bahwa Tuhan lebih besar dari semua itu. Tetaplah setia dan bertahan, sampai akhirnya kita melihat mujiazat Tuhan nyata dalam hidup kita. Percayalah dengan iman bahwa suka duka dipakai Tuhan untuk kebaikan kita. Mungkin Tuhan sedang memperoses dan menempa kita untuk menjadi peribadi ayng lebih baik. God is good, all the time. (TIP&SpiritNext)

Rabu, 10 Mei 2017

Pendalaman Alkitab - Kitab Imamat : "Tabut Perjanjian Pada Waktu Sekarang"






Dalam Kitab Kejadian, kita membaca bahwa ketika manusia berbuat dosa, konsekuensi terburuknya adalah perceraian atau perpisahan dengan Allah. Rekonsiliasi bagi perceraian adalah masalah yang fundamental. Untuk itulah
Alkitab dimaksudkan, begitu juga dengan Kemah Suci, yaitu sebagai solusi untuk masalah ini.
Lalu mengapa kita tidak lagi mempersembahkan hewan korban sekarang? Sebab persyaratan Allah telah berubah. Ketika kita membaca Kitab Ibrani, kita akan membahasnya lebih lanjut. Akan tetapi, ringkasnya, Ibrani 9 mengatakan bahwa Kemah Suci hanyalah lambang dari Tabut Perjanjian lainnya yang ada dalam dimensi sorgawi. Tabut Perjanjian sorgawi ini bukan terbuat dari material fisik. Materialnya adalah bahan sorgawi dan rohani.
Tabut Perjanjian yang Allah perintahkan dibangun oleh Musa hanyalah ekspresi sederhana, yang kelihatan, yang berwujud, dari tabut perjanjian rohani yang tak berwujud yang digambarkan dalam Ibrani 9. Ingatlah, ketika Yesus mati di kayu salib, tabir di bait Salomo terbelah dari atas ke bawah. Ingatlah juga bahwa sekali setahun sang imam besar akan masuk ke Tempat Maha Kudus, dan ia akan menumpahkan darah untuk membasuh dosa semua orang. Dalam pengertian yang sama, ketika Yesus mati di kayu salib, Ia menjadi Imam Besar Agung, dan di sorga, Ia masuk ke tabut perjanjian sorgawi. Pada Mezbah Tembaga di tabut perjanjian sorgawi, Yesus mempersembahkan kematian-Nya sebagai penggenapan akhir dari segala persembahan hewan korban. Ia pergi kebejana pembasuhan, dan hanya Yesuslah yang memungkinkan pembasuhan secara permanen.
Sebelum kematian Kristus, orang berdosa tidak dapat mendekati Allah. Hanya sang imam yang dapat mendekati Allah dan menjadi perantara bagi orang yang berdosa. Akan tetapi semuanya itu ditiadakan ketika Yesus Kristus mati di kayu salib. Ketika Yesus mati di kayu salib, Ia memungkinkan kita langsung datang ke hadirat Allah.
Implikasi penting lainnya adalah bahwa tubuh kita sekarang menjadi bait Allah. Intinya Paulus menulis: “Tidak tahukah kamu bahwa Roh Kudus diam di dalam kamu? Siapa pun yang menajiskan bait-Nya akan dihancurkan oleh Allah, sebab bait-Nya kudus dan kamu adalah bait-Nya itu.” Rasul Paulus berusaha menyampaikan kebenaran tersebut kepada jemaat di Korintus, yang dikuasai oleh dosa seksual. Paulus ingin menyampaikan: “Tubuhmu bukanlah untuk seks, tubuhmu adalah untuk Allah. Tidak tahukah kamu bahwa tubuhmu adalah bait Allah, dan Allah hidup di dalam kamu?”(1 Korintus 6:15-20). Dalam Kolose 1:27 Paulus mengatakan:“Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa kaya dan mulianya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu:Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan!”
Kristus di dalam diri Anda adalah suatu mujizat. Hal itu berarti bahwa kehadiran Allah ada di dalam diri Anda; dan hal itu juga berarti bahwa Anda sudah memiliki segala yang Anda butuhkan untuk hidup menurut cara hidup yang Allah kehendaki.
Sekarang mari kita membayangkan penerapan ilustrasi indah tentang kemah suci itu dalam kehidupan kita masing-masing. Ketika Anda bangun di waktu pagi, saya sangat merekomendasikan agar Anda bersaat teduh, menyembah di dalam hadirat Allah sebelum Anda keluar rumah dan menjalani kehidupan Anda hari itu. Cobalah membayangkan diri Anda memasuki Kemah Suci itu. Cobalah membayangkan diri Anda mendekati Mezbah Tembaga dan mempercayai Kabar Baik bahwa Yesus Kristus adalah Anak Domba Allah yang mati di kayu salib demi dosa-dosa Anda. Kalau Anda belum percaya kepada Yesus Kristus untuk pengampunan dosa-dosa Anda, lakukanlah sekarang juga. Lalu, ucapkanlah syukur kepada Allah atas pengampunan Anda pada salib Kristus, dan tegaskanlah keyakinan Anda bahwa Kristus adalah korban yang sempurna bagi dosa-dosa Anda.
Sekarang bayangkan Anda mendekati bejana pembasuhan, di mana Anda membasuh tangan dan kaki Anda, di mana Anda membutuhkan pembersihan terus menerus. Apakah ada hal-hal yang kotor dalam kehidupan Anda, yang tidak berkenan bagi Allah? Akuilah semuanya itu kepada Allah; berpalinglah dari semuanya itu sehingga Anda bersih.
Lalu, ibaratnya, Anda masuk ke dalam Tempat Kudus dan berdirilah di hadapan kandil. Ucapkanlah syukur kepada Allah atas Penyataan atau Wahyu-Nya, ucapkanlah syukur bahwa Ia tidak membiarkan Anda di dalam gelap perihal kehidupan dan keselamatan. Ucapkanlah syukur atas Firman- Nya.
Lalu bayangkan berdiri di hadapan meja roti sajian, dan ucapkanlah syukur atas pemenuhan segala kebutuhan Anda. Akuilah Allah sebagai sumber segala makanan dan segala milik Anda, dan sumber pemenuhan segala kebutuhan Anda. Akuilah Dia sebagai yang memenuhi kebutuhan Anda, dan akuilah hal itu dengan ucapan syukur.
Lalu, saat membayangkan Mezbah Ukupan, bayangkanlah mujizat doa. Luangkanlah waktu untuk mendoakan segala detil kebutuhan dan tantangan Anda hari itu. Lalu, ketika Anda membayangkan Tempat Maha Kudus, ingatlah bahwa ada yang namanya Kehadiran Allah yang Ilahi. Ingatlah bahwa Roh Allah ada di dalam diri Anda dan bahwa Anda dapat berada di dalam hadirat Allah di mana pun Anda berada. Anda tidak membutuhkan seorang imam untuk mewakili kita memasuki hadirat Allah. Anda tidak perlu menjalani struktur ibadah seperti di Kemah Suci, sebab ketika Yesus mati di kayu salib, Ia sudah memungkinkan Anda untuk langsung memasuki hadirat Allah.
Banyak sekali penerapan rohani dari Tabut Perjanjian ini. Yang terpenting adalah: Orang berdosa masih mungkin mendekati Allah yang Kudus dan benar-benar memasuki hadirat-Nya melalui cara hidup baru yang dimungkinkan melalui Yesus Kristus, Tuhan kita.
Ketika kita menghargai apa yang telah dilakukan Allah untuk memungkinkan semuanya itu, mungkin kita berpikir bahwa manusia akan berbondong-bondong masuk ke dalam hadirat Allah. Akan tetapi, kenyataannya tidaklah demikian. Mengapa? Apakah Anda pernah memasuki hadirat Allah yang Kudus? Yesus mengklaim, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak seorang pun datang kepada Bapa kalau bukan melalui Aku.” (Yohanes 14:6). Kita melihat Injil ini digambarkan dalam Kemah Suci. Allah mau berjumpa dengan Anda dan menjadikan kehidupan Anda sebagai Tabut Perjanjian-Nya.



Renungan Harian "Ketika Tuhan Berkata Tidak"


Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaku mengenai kamu, demikianlah Firman Tuhan yaitu rancangan damai sejahtera bukan rancangan kecelakaan untuk memberikan padamu hari depan yang penuh harapan” (Yeremia 29:11).

Menjadi pengikut Tuhan tidak memberi jaminan bahwa hidup kita akan mulus-mulus saja. Mengikut Tuhan tidak memberi jaminan bahwa hidup kita akan tanpa masalah. Sebaliknya mengikut Tuhan berarti kita harus siap menderita dan siap memikul salib.
Kemarin saya menonton dan menyaksikan sidang vonis ahok di salah satu chanel TV. Setelah sidang beruntut yang panjang, Ahok, Gubernur DKI Jakarta yang menjadi terdakwa penistaan agama akhirnya di vonis pidana 2 Tahun penjara oleh Hakim. Ini bukan curahan hati saya semata tapi saya hanya ingin bersaksi lewat tulisan saya, dan kebetulan ada kisah ahok yang begitu menginspirasi.  Ketika menyimak setiap pertimbangan yang dibacakan hakim padweta sidang vonis kemarin, memang semuanya terdengar begitu memberatkan sehingga saya telah menduga bahwa Ahok memang akan dipidana penjara. Namun apa yang terjadi sungguh diluar nalar saya. Hakim justru memberikan vonis hukuman yang bahkan jauh lebih tinggi dari tuntutan jaksa penuntut umum. Dalam hati saya berkata “benar-tidak adil, tidak masuk diakal”. Saya bahakn berpikir apakah mungkina ada konspirasi. Apakah mungkin ini hanya rekayasa atau semacam strategi politik yang kotor. Nurani saya benar-benar tersakiti, saya sedih sampai hampir meneteskan air mata menyaksikan ketidak-adilan yang terjadi. Belum hilang kekecewaan atas kekalahan Ahok di Pilkada DKI, sekarang sudah dibuat kecewa lagi oleh peradilan dan penegakkan hukum yang tidak independen dan terkesan ditekan. Menyedihkan, namun inilah kenyataan yang harus diterima dengan lapang hati.
Ahok dan keluarganya adalah Kristen yang taat. Kekristenan yang mereka tampilkan bukan sekedar kata-kata tapi nyata dalam perbuatan dan cara hidup mereka. Sosok Ahok telah menginspirasi banyak orang termasuk saya. Ia sperti lilin yang hadir ditengah-tengah kegelapan, memberi suatu perubahan yang berarti bukan hanya bagi daerah yang dipimpinnya tapi bagi bangsa dan negara. Bahkan ketika dia harus menjalani malam-malam nya didalam penjara, ada begitu dukungan dan doa dari segala penjuru yang tetap diberikan untuknya. Apa yang dialami Ahok benar-benar membuka mata kita bahwa sesungguhnya seorang pengikut Tuhan memang harus siap menderita. Ahok dipenjara untuk suatu kesalahan yang direkayasa. Namun dia sendiri tidak banyak mengeluh. Ketika jawaban Tuhan atas doa-doanya adalah “Tidak” atau “Tunggu”, maka apa yang menjadi respon Ahok benar-benar menunjukkan kualitas imannya.  Dia percaya bahwa semua ada dalam rencana Tuhan. Mungkin ini salib yang harus dia pikul untuk mengikut Tuhan. Bahkan dia meyakini bahwa ketika Tuhan sudah membawanya sampai sejauh ini, Tuhan pasti tidak akan meninggalkannya. Begitupun seharusnya kita. Kita yang sering mendoakan Ahok namun dibawa pada kenyataan yang pahit seperti inti seharusnya juga menunjukkan kaulitas iman kita sebagai orang Kristen. Kita harus percaya bahwa semua ayng terjadi ada didalam Kontrol Tuhan. Ketika kita mendoakan Ahok jadi gubernur, Tuhan berkata “Tidak”. Ketika kita mendoakan Ahok bebas, Tuhan berkata “Tunggu”. Ahok sendiri masih mengajukan banding, dan putusannya nanti apakah bebas atau tetap dihukum, tidak ada yang tau. Entah apa rencana Tuhan, entah apa jawaban Tuhan nantinya. Tapi satu hal, rencana Tuhan adalah yang terindah sebagaimana yang dikatakan nabi Yeremia “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaku mengenai kamu, demikianlah Firman Tuhan yaitu rancangan damai sejahtera bukan rancangan kecelakaan untuk memberikan padamu hari depan yang penuh harapan” (Yeremia 29:11).
Pengikut Kristus memang harus menderita untuk bisa dimuliakan. Lihatlah contoh Yusuf yang dibuang oleh saudara-sauduranya, dijual (kejadian 37:36), difitnah oleh istri potifar dan dipenjarakan (Kejadian 39:14;20), namun Yusuf menjadi kesayangan Kepala penjara (Kejadian 39:21) dan pada akhirnya Yusuf menjadi penguasa Mesir (Kejadan 41). Lihatlah rasul-rasul, Petrus, Paulus dan Silas. Mereka juga pengikut Kristus yang harus diadili bahkan penjarakan karena mengikut Kristus dan membela kebenaran. Tapi pada akhirnya dibebaskan oleh tangan Tuhan yang dahsyat. (Kisah Para Rasul 5:18,19;  12:5-7; 16:25,26). Bukan mustahil Tuhan akan membebaskan Ahok. Bahkan jika Tuhan nantinya tidak melakukan itu, tetap percaya bahwa itu adalah yang terbaik menurut kacamata Tuhan. Satu hal yang penting, kehidupan orang yang takut akan Tuhan tidak akan pernah sia-sia, sebagaimana yang dikatakan Paulus “karena bagiku hidup adalah kristus dan mati adalah keuntungan” (Filipi 1:21). Hal itu juga pernah diucapkan Ahok tahun-tahun yang lalu ketika beredar isu dia akan dibunuh. Lihatlah, bagaimana kaulitas iman orang percaya. Bahkan kopi pahit akan terasa manis seperti madu ketika kita hidup sebagai orang percaya.
Saya berpikir, mungkin Tuhan puya maksud yang besar atas peristiwa ini. Ketika saya melihat dari sudut pandang sebagai manusia biasa, saya melihat ketidakadilan dari segi kemanusiaan. Namun ketika melihatnya dari sudut pandang sebagai orang Kristen terlebih sebagai anak Tuhan, disinilah nyata keperkasaan Tuhan. Jalan-jalannya memang tidak bisa diselami oleh pikiran manusia yang terbatas. Mungkin saat ini Tuhan sedang mengajak kita untuk berefleksi atas apa yang terjadi. Dia igin kita mengerti bahwa ada sesuatu yang besar yang akan dilakukannya. Dia juga ingin agar kita mengerti makan yan tersirat lewat peristiwa Ahok. Pagi ini ketika saya memutuskan untuk kembali menulis blog ditengah kesibukan dan padatnya kegiatan hari ini, saya terinsipirasi dari kisah Ahok. Bukan berniat untuk mencurahkan isi hati saya atas kekecewaan karena vonis ahok, tapi saya mau menyampaikan satu pesan firman lewat kisah Ahok. Sebelumnya saya teringat sesuatu yang akhirnya membuat saya menangis pagi ini hingga akhirnya saya memutuskan untuk menulis renungan ini. Seperti ada yang menyuruh dan menggerakkan saya.  
Apa yang membuat saya menangis pagi ini adalah sesuatu yang mungkin Tuhan inginkan untuk saya lihat atau pikirkan. Peradilan ahok dan vonis yang diberikan padanya sungguh tidak adil. Melihat sosok Ahok yang tak bersalah namun harus menanggung hukuman penjara sudah cukup menyayat hati. Saya teringat pada Matius 26 dan 27 ketika Yesus Agama untuk diadili untuk dihukum mati. Imam-imam kepala dan Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu untuk Yesus. Bahkan seorang wali negeri, Pilatus tidak mampu memberikan keputusan yang idnependen. Berdiri pada posisi aman dan menyerahkan Yesus atas desakan orang banyak. Kisah yang mungkin mirip dengan Ahok namun ketika dihayati, sejujurnya jauh lebih buruk lagi. Yesus tidak hanya dihukum 2 Tahun penjara. Dia divonis Hukuman Mati, bukan dengan tembakan, pancung atau suntik mati, tapi dengan cara yang teramat menyakitkan, yang membuatnya mati perlahan-lahan. Dia disalibkan bukan karena kesalahannya, tapi kesalahan dan dosa kita manusia. Bahkan sebelum dihukum mati pun dia harus menerima berbagai cercaan, diludahi, diolok-olok, disuruh memikul salib. Dalam hati nurani kita mungkin berkata “sungguh tidak manusiawi” dan “sungguh tidak adil”. Namun inilah pengorbanan yang harus ditanggung Tuhan untuk pada akhirnya menang mengalahkan maut dan menjadi Raja diatas segala Raja. Yesus yang harus memakai mahkota duri pada akhirnya memakai mahkota kemuliaan. Dan mungkin inilah yang  ingin Tuhan perlihatkan pada saya bahkan pada kita semua lewat kisah Ahok. Tuhan ingin kita menyadari bagaimana pengorbanannya bagi kita. Tuhan ingin kita melihat kasih dan keperkasaannya. Tuhan ingin kit menyadari bahwa untuk menjadi seorang pemenang, kita harus menderita dulu. Kita harus memikul salib dan menangkal diri untuk mengikut Tuhan. Namun kita juga berpengharapan bahwa sebagaimana Kristus telah menang mengalahkan maut, kita juga pasti memang dari setiap pergumulan kita. Tak terkecuali Ahok,  orang benar pasti akan dimenangkan. Mungkin belum sekarang. Mungkin Tuhan sedang meminta kita menunggu. Atau mungkin Tuhan berkata “Tidak” sebagai jawaban atas doa kita sebagaimana Tuhan juga "berkata tidak" atas doa Yesus yang meminta agar cawan penderitaan yang harus diminumnya dilalukan dari padanya. Walau jawabannya tidak, Yesus tetap percaya dan berserah pada Allah. Dia percaya bahwa kehendak Tuhan adalah yang terbaik. demikian juga seharusnya kita bersikap. Percaya bahwa pada waktu-Nya nanti,  Tuhan akan berkata “Lihatlah, Keadilan –KU telah dinyatakan”, dan percaya saja bahwa semua pasti indah pada waktu-Nya. (TIP)

Senin, 13 Maret 2017

Pendalaman Alkitab: Kitab Imamat



Pendalaman Alkitab: Imamat 

Banyak orang yang membaca Alkitab menganggap Kitab Imamat sebagai kitab yang sangat sulit. Mereka bosan membaca segala spesifikasi Kemah Suci dalam tiga pasal terakhir Kitab Keluaran. Ketika sampai pada Kitab Imamat, mereka kehilangan tekad untuk membaca Alkitab hingga selesai. Kata “Imamat” secara harafiah berarti “berhubungan dengan orang Lewi.” Orang Lewi adalah imam orang Ibrani. 
               Untuk memahami Kitab Imamat, Anda mutlak perlu memahami “Tabut Perjanjian” di mana para imam ini bertanggung jawab mempersembahkan korban serta melaksanakan liturgi lainnya. Belakangan, bait Salomo, yang sangat detil, dibangun dengan pola yang sama seperti Kemah Suci orisinil yang dibangun oleh Musa di padang belantara. Salah satu hal paling penting tentang Kemah Suci adalah bahwa letaknya harus di tengah-tengah perkemahan sementara kedua belas suku Israel mengembara di padang belantara selama empat puluh tahun. Fakta bahwa Kemah Suci harus didirikan di tengah-tengah perkemahan mereka mengilustrasikan sesuatu. 
           Perintah Allah yang pertama mengatakan bahwa Allah harus diutamakan. Kitab Suci mengajarkan bahwa Allah harus menjadi sentral kehidupan kita. Hal itu didemonstrasikan atau diilustrasikan oleh fakta bahwa Kemah Suci didirikan di tengah-tengah perkemahan mereka. Mungkin kesimpulan terpenting yang dapat kita petik tentang Kemah Suci adalah fakta bahwa Allah secara harafiah, secara nyata, bersemayam di dalam kemah tersebut. Kita diberitahu bahwa ketika Musa selesai membangun Kemah Suci ini, kehadiran dan kemuliaan Allah turun memenuhi bagian dalamnya, yang dikenal sebagai tempat maha kudus, melambangkan bagaimana Roh Kudus tinggal di dalam orang percaya sekarang ini. Saat bangsa Israel mengembara di padang belantara, awan yang melayang-layang di atas kemah ini memandu mereka. Ketika awannya bergerak, mereka pun bergerak. Ketika awannya berhenti, mereka pun berhenti. Dengan demikian awan ini menuntun mereka. Mereka boleh mendekati kemah ini untuk memohon ampun, untuk beribadah, dan untuk memohon petunjuk.  
           Konstruksi Kemah Suci  Sekarang kita sudah memahami maksud kemah ini, mari kita mengamati konstruksinya. Kemah Suci ini mempunyai pagar di sekelilingnya, terbuat dari bahan yang menyerupai kanvas. Area di dalam pagar yang mengelilingi kemah tertutup ini disebut halaman. Belakangan, halaman di bait Salomo dibuat cukup besar (lebih dari 5,5 hektar). Akan tetapi halaman Kemah Suci pertama ini tidak besar.
Ada beberapa perabotan dalam Kemah Suci ini yang sangat penting. Perlu kita perhatikan bahwa terdapat pegangan pada semua perabotan ini. Hal itu perlu sebab semuanya harus dibawa selama mereka mengembara di padang gurun. Perabot pertama di halaman, setelah melewati pagar, adalah Mezbah Tembaga. Mezbah ini menyerupai panggangan arang. Api pada mezbah ini terus dinyalakan. Ketika seorang pendosa datang ke kemah ini memohon ampun, ia akan disambut di pagar halaman oleh seorang imam. Lalu hewan yang ia bawa serta akan disembelih menurut penggambaran yang diberikan dalam Kitab Imamat. Setelahnya, hewan korban tersebut akan diletakkan oleh sang imam pada mezbah tembaga tersebut. Sang pendosa tetap di pagar halaman. Ia tidak pernah memasuki bagian Kemah Suci yang tertutup. Sang imamlah yang masuk ke dalam bagian tersebut menggantikannya. Setelah sang imam meletakkan hewan korbannya di atas mezbah terbuka, sementara asap korbannya naik kepada Allah, sang imam pindah ke perabot berikutnya di halaman, yang disebut bejana pembasuhan. Bentuknya seperti tempat mandi burung yang besar. Di sinilah sang imam akan membersihkan dirinya atas nama orang berdosa itu, yang tetap berada di pagar halaman.
             Tabut Perjanjian, atau bagian kemah yang tertutup, dibagi menjadi dua bagian. Bagian sebelah luar disebut Tempat Kudus. Ada sebuah tabir yang sangat tebal memisahkan Tempat Kudus ini dengan bagian sebelah dalamnya, yang disebut Tempat Maha Kudus. Di Tempat Maha Kudus itulah Allah bersemayam. Tabir ini dibuat dari bahan yang sangat kuat. Josephus mengatakan bahwa beberapa ekor kuda yang menarik ke arah berlawanan pun tidak akan sanggup mengoyakkannya. Sedangkan tabir di bait Salomo, yang masih digunakan di zaman Yesus, berukuran demikian besarnya sehingga menyerupai tirai teater. Kita diberitahu dalam Injil bahwa begitu Yesus mati di kayu salib, tabir ini, yang memisahkan Tempat Kudus dengan Tempat Maha Kudus, terbelah dari atas ke bawah (lihat Markus 15:38). Demikianlah salah satu mujizat besar dalam Alkitab, sayangnya sering kali kurang diperhatikan. 
              Ada empat perabot di dalam Kemah Suci. Setelah membersihkan diri di halaman pada bejana pembasuhan, sang imam masuk ke bagian pertama dari kemah yang tertutup, yaitu Tempat Kudus. Di sebelah kirinya terdapat kandil. Kandil ini sangat penting. Kandil ini merepresentasikan Penyataan atau Wahyu yang telah Allah berikan kepada umat Allah ketika Ia memberi mereka Firman Allah – dan, tentu, penyataan atau wahyu ini menunjukkan bagaimana caranya mendekati Allah. Maka sang imam akan beribadah di hadapan kandil ini dan mengucap syukur kepada Allah atas Penyataan atau Wahyu yang telah Ia berikan kepada umat-Nya serta kepada si pendosa yang masih menunggu di pagar halaman.
               Di sebelah kanan terdapat meja-meja tempat menaruh roti sajian. Tujuannya adalah untuk mengingatkan sang imam tentang apa yang dilambangkan oleh manna, bahwa Allah memberi kepada kita makanan yang secukupnya setiap harinya. Berikutnya, bersandar pada tabir yang menutupi jalan menuju Tempat Maha Kudus, terdapat Mezbah untuk membakar ukupan. Pada Mezbah ukupan ini sang imam akan berdiri dan berdoa syafaat bagi si pendosa yang tetap menunggu di luar. Demikianlah sang imam akan melakukannya sejauh itu, lalu ia akan kembali menjumpai pendosa lainnya dan mengulang prosedur yang sama. Sekali setahun, semua orang akan berkumpul di sekeliling Kemah Suci. Pada kesempatan ini, imam besar akan masuk ke Tempat Maha Kudus di balik tabir dan mempersembahkan korban darah demi dosa semua orang. Saat kita mempelajari Kemah Suci ini, perlu kita sadari bahwa setiap perabot di dalamnya mepresentasikan kiasan gambaran tentang Yesus Kristus. Oleh karenanya, mari kita mempelajarinya satu per satu. 
               Perabotan Kemah Suci Mezbah Tembaga sesungguhnya melambangkan Injil Perjanjian Baru. Semua hewan korban yang dipersembahkan pada Mezbah Tembaga ini, dan semua persembahan hewan korban yang pernah dilakukan, digenapi ketika Yesus mati di kayu salib. Mezbah Tembaga ini mengatakan, “Engkau tidak bisa mendekati Allah yang kudus tanpa persembahan. ‘Tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.’” (lihat Ibrani 9:22). Perabot yang disebut Bejana pembasuhan, di mana sang imam membersihkan dirinya sebelum masuk ke Tempat Kudus, mau mengatakan apa yang banyak dinyatakan dalam Kitab Suci: “Siapakah yang boleh naik ke atas gunung Tuhan? Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya.” (Mazmur 24:4).
               Persekutuan dengan Allah adalah tujuan utama Kemah Suci. Segalanya bergerak ke arah sana. Dan dalam Alkitab, persekutuan dengan Allah sering kali diumpamakan sebagai hidangan. Bejana pembasuhan ini mengilustrasikan apa yang sering dikatakan oleh ibu kita ketika kita masih kecil, “Basuhlah tanganmu sebelum duduk di meja makan.” Bersihkanlah dirimu sebelum bersekutu dengan Allah. Anda harus dibasuh, Anda harus dibersihkan. Demikianlah arti bejana pembasuhan itu. Sementara sang imam berdiri di hadapan kandil emas, ia mengakui bahwa Allah itulah sumber Alkitab. Ia mengakui bahwa Firman Allah adalah terang yang memandu kita. Ia beribadah dan mengucap syukur kepada Allah yang memberikan penyataan atau wahyu kepada orang berdosa yang menunggu di luar, tentang bagaimana ia dapat diselamatkan dan mendekati Allah yang kudus dalam ibadah. 
           Meja tempat menaruh roti sajian melambangkan fakta bahwa Allah akan memelihara umat-Nya dan memenuhi kebutuhan mereka. Jelas bahwa Allah tidak pernah menghendaki kita melupakan fakta bahwa Dialah sumber ketahanan kita. Allah menghendaki kita mempercayai-Nya dan bersandar kepada-Nya untuk segala kebutuhan kita, baik fisik, emosional, mental, maupun rohani. Berikutnya, ada Mezbah untuk membakar ukupan. Saat sang imam berdiri di hadapan mezbah ini, ia akan berdoa bagi si pendosa yang tetap menunggu di luar pagar halaman. Dalam hal ini, sang imam menggambarkan Yesus Kristus, Imam Besar Agung kita, yang berdoa syafaat bagi kita kepada Bapa. 
               Rangkuman Segalanya dalam Kemah Suci adalah tentang Yesus. Dialah Terang Dunia, Dialah Roti Kehidupan, Dialah korban yang sempurna. Dialah yang datang membersihkan kita. Sesungguhnya Injil Yesus Kristuslah yang Anda lihat dalam Kemah Suci itu. Hanya dengan memahami Kemah Suci itulah Anda dapat memahami Kitab Imamat sebab Kitab Imamat adalah buku panduan yang digunakan oleh sang imam saat ia memimpin upacara dalam Kemah Suci. Apakah Anda mengenal Yesus yang digambarkan dalam kemah suci ini? [sabda.org]