Rabu, 10 Mei 2017

Renungan Harian "Ketika Tuhan Berkata Tidak"


Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaku mengenai kamu, demikianlah Firman Tuhan yaitu rancangan damai sejahtera bukan rancangan kecelakaan untuk memberikan padamu hari depan yang penuh harapan” (Yeremia 29:11).

Menjadi pengikut Tuhan tidak memberi jaminan bahwa hidup kita akan mulus-mulus saja. Mengikut Tuhan tidak memberi jaminan bahwa hidup kita akan tanpa masalah. Sebaliknya mengikut Tuhan berarti kita harus siap menderita dan siap memikul salib.
Kemarin saya menonton dan menyaksikan sidang vonis ahok di salah satu chanel TV. Setelah sidang beruntut yang panjang, Ahok, Gubernur DKI Jakarta yang menjadi terdakwa penistaan agama akhirnya di vonis pidana 2 Tahun penjara oleh Hakim. Ini bukan curahan hati saya semata tapi saya hanya ingin bersaksi lewat tulisan saya, dan kebetulan ada kisah ahok yang begitu menginspirasi.  Ketika menyimak setiap pertimbangan yang dibacakan hakim padweta sidang vonis kemarin, memang semuanya terdengar begitu memberatkan sehingga saya telah menduga bahwa Ahok memang akan dipidana penjara. Namun apa yang terjadi sungguh diluar nalar saya. Hakim justru memberikan vonis hukuman yang bahkan jauh lebih tinggi dari tuntutan jaksa penuntut umum. Dalam hati saya berkata “benar-tidak adil, tidak masuk diakal”. Saya bahakn berpikir apakah mungkina ada konspirasi. Apakah mungkin ini hanya rekayasa atau semacam strategi politik yang kotor. Nurani saya benar-benar tersakiti, saya sedih sampai hampir meneteskan air mata menyaksikan ketidak-adilan yang terjadi. Belum hilang kekecewaan atas kekalahan Ahok di Pilkada DKI, sekarang sudah dibuat kecewa lagi oleh peradilan dan penegakkan hukum yang tidak independen dan terkesan ditekan. Menyedihkan, namun inilah kenyataan yang harus diterima dengan lapang hati.
Ahok dan keluarganya adalah Kristen yang taat. Kekristenan yang mereka tampilkan bukan sekedar kata-kata tapi nyata dalam perbuatan dan cara hidup mereka. Sosok Ahok telah menginspirasi banyak orang termasuk saya. Ia sperti lilin yang hadir ditengah-tengah kegelapan, memberi suatu perubahan yang berarti bukan hanya bagi daerah yang dipimpinnya tapi bagi bangsa dan negara. Bahkan ketika dia harus menjalani malam-malam nya didalam penjara, ada begitu dukungan dan doa dari segala penjuru yang tetap diberikan untuknya. Apa yang dialami Ahok benar-benar membuka mata kita bahwa sesungguhnya seorang pengikut Tuhan memang harus siap menderita. Ahok dipenjara untuk suatu kesalahan yang direkayasa. Namun dia sendiri tidak banyak mengeluh. Ketika jawaban Tuhan atas doa-doanya adalah “Tidak” atau “Tunggu”, maka apa yang menjadi respon Ahok benar-benar menunjukkan kualitas imannya.  Dia percaya bahwa semua ada dalam rencana Tuhan. Mungkin ini salib yang harus dia pikul untuk mengikut Tuhan. Bahkan dia meyakini bahwa ketika Tuhan sudah membawanya sampai sejauh ini, Tuhan pasti tidak akan meninggalkannya. Begitupun seharusnya kita. Kita yang sering mendoakan Ahok namun dibawa pada kenyataan yang pahit seperti inti seharusnya juga menunjukkan kaulitas iman kita sebagai orang Kristen. Kita harus percaya bahwa semua ayng terjadi ada didalam Kontrol Tuhan. Ketika kita mendoakan Ahok jadi gubernur, Tuhan berkata “Tidak”. Ketika kita mendoakan Ahok bebas, Tuhan berkata “Tunggu”. Ahok sendiri masih mengajukan banding, dan putusannya nanti apakah bebas atau tetap dihukum, tidak ada yang tau. Entah apa rencana Tuhan, entah apa jawaban Tuhan nantinya. Tapi satu hal, rencana Tuhan adalah yang terindah sebagaimana yang dikatakan nabi Yeremia “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaku mengenai kamu, demikianlah Firman Tuhan yaitu rancangan damai sejahtera bukan rancangan kecelakaan untuk memberikan padamu hari depan yang penuh harapan” (Yeremia 29:11).
Pengikut Kristus memang harus menderita untuk bisa dimuliakan. Lihatlah contoh Yusuf yang dibuang oleh saudara-sauduranya, dijual (kejadian 37:36), difitnah oleh istri potifar dan dipenjarakan (Kejadian 39:14;20), namun Yusuf menjadi kesayangan Kepala penjara (Kejadian 39:21) dan pada akhirnya Yusuf menjadi penguasa Mesir (Kejadan 41). Lihatlah rasul-rasul, Petrus, Paulus dan Silas. Mereka juga pengikut Kristus yang harus diadili bahkan penjarakan karena mengikut Kristus dan membela kebenaran. Tapi pada akhirnya dibebaskan oleh tangan Tuhan yang dahsyat. (Kisah Para Rasul 5:18,19;  12:5-7; 16:25,26). Bukan mustahil Tuhan akan membebaskan Ahok. Bahkan jika Tuhan nantinya tidak melakukan itu, tetap percaya bahwa itu adalah yang terbaik menurut kacamata Tuhan. Satu hal yang penting, kehidupan orang yang takut akan Tuhan tidak akan pernah sia-sia, sebagaimana yang dikatakan Paulus “karena bagiku hidup adalah kristus dan mati adalah keuntungan” (Filipi 1:21). Hal itu juga pernah diucapkan Ahok tahun-tahun yang lalu ketika beredar isu dia akan dibunuh. Lihatlah, bagaimana kaulitas iman orang percaya. Bahkan kopi pahit akan terasa manis seperti madu ketika kita hidup sebagai orang percaya.
Saya berpikir, mungkin Tuhan puya maksud yang besar atas peristiwa ini. Ketika saya melihat dari sudut pandang sebagai manusia biasa, saya melihat ketidakadilan dari segi kemanusiaan. Namun ketika melihatnya dari sudut pandang sebagai orang Kristen terlebih sebagai anak Tuhan, disinilah nyata keperkasaan Tuhan. Jalan-jalannya memang tidak bisa diselami oleh pikiran manusia yang terbatas. Mungkin saat ini Tuhan sedang mengajak kita untuk berefleksi atas apa yang terjadi. Dia igin kita mengerti bahwa ada sesuatu yang besar yang akan dilakukannya. Dia juga ingin agar kita mengerti makan yan tersirat lewat peristiwa Ahok. Pagi ini ketika saya memutuskan untuk kembali menulis blog ditengah kesibukan dan padatnya kegiatan hari ini, saya terinsipirasi dari kisah Ahok. Bukan berniat untuk mencurahkan isi hati saya atas kekecewaan karena vonis ahok, tapi saya mau menyampaikan satu pesan firman lewat kisah Ahok. Sebelumnya saya teringat sesuatu yang akhirnya membuat saya menangis pagi ini hingga akhirnya saya memutuskan untuk menulis renungan ini. Seperti ada yang menyuruh dan menggerakkan saya.  
Apa yang membuat saya menangis pagi ini adalah sesuatu yang mungkin Tuhan inginkan untuk saya lihat atau pikirkan. Peradilan ahok dan vonis yang diberikan padanya sungguh tidak adil. Melihat sosok Ahok yang tak bersalah namun harus menanggung hukuman penjara sudah cukup menyayat hati. Saya teringat pada Matius 26 dan 27 ketika Yesus Agama untuk diadili untuk dihukum mati. Imam-imam kepala dan Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu untuk Yesus. Bahkan seorang wali negeri, Pilatus tidak mampu memberikan keputusan yang idnependen. Berdiri pada posisi aman dan menyerahkan Yesus atas desakan orang banyak. Kisah yang mungkin mirip dengan Ahok namun ketika dihayati, sejujurnya jauh lebih buruk lagi. Yesus tidak hanya dihukum 2 Tahun penjara. Dia divonis Hukuman Mati, bukan dengan tembakan, pancung atau suntik mati, tapi dengan cara yang teramat menyakitkan, yang membuatnya mati perlahan-lahan. Dia disalibkan bukan karena kesalahannya, tapi kesalahan dan dosa kita manusia. Bahkan sebelum dihukum mati pun dia harus menerima berbagai cercaan, diludahi, diolok-olok, disuruh memikul salib. Dalam hati nurani kita mungkin berkata “sungguh tidak manusiawi” dan “sungguh tidak adil”. Namun inilah pengorbanan yang harus ditanggung Tuhan untuk pada akhirnya menang mengalahkan maut dan menjadi Raja diatas segala Raja. Yesus yang harus memakai mahkota duri pada akhirnya memakai mahkota kemuliaan. Dan mungkin inilah yang  ingin Tuhan perlihatkan pada saya bahkan pada kita semua lewat kisah Ahok. Tuhan ingin kita menyadari bagaimana pengorbanannya bagi kita. Tuhan ingin kita melihat kasih dan keperkasaannya. Tuhan ingin kit menyadari bahwa untuk menjadi seorang pemenang, kita harus menderita dulu. Kita harus memikul salib dan menangkal diri untuk mengikut Tuhan. Namun kita juga berpengharapan bahwa sebagaimana Kristus telah menang mengalahkan maut, kita juga pasti memang dari setiap pergumulan kita. Tak terkecuali Ahok,  orang benar pasti akan dimenangkan. Mungkin belum sekarang. Mungkin Tuhan sedang meminta kita menunggu. Atau mungkin Tuhan berkata “Tidak” sebagai jawaban atas doa kita sebagaimana Tuhan juga "berkata tidak" atas doa Yesus yang meminta agar cawan penderitaan yang harus diminumnya dilalukan dari padanya. Walau jawabannya tidak, Yesus tetap percaya dan berserah pada Allah. Dia percaya bahwa kehendak Tuhan adalah yang terbaik. demikian juga seharusnya kita bersikap. Percaya bahwa pada waktu-Nya nanti,  Tuhan akan berkata “Lihatlah, Keadilan –KU telah dinyatakan”, dan percaya saja bahwa semua pasti indah pada waktu-Nya. (TIP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar