Senin, 18 Januari 2016

Pendalaman Alkitab: "Alkitab dan Susunannya"



Alkitab dan Susunannya - Makna dan Asal Usulnya
 


Sebelum memulai studi masing-masing kitab dalam Alkitab, mari kita memahami Alkitab itu sendiri secara keseluruhan. Mengapa Alkitab disebut demikian, dan mengapa Alkitab juga sering disebut “Kitab Suci”? Kata “Alkitab” berasal dari kata “biblia” yang merupakan bentuk jamak dari kata “kitab” dalam bahasa Latin. Jadi “Alkitab” berarti “koleksi kitab” – tepatnya, enam puluh enam kitab. Kata suci berarti “sesuatu kepunyaan Allah” atau “sesuatu yang berasal dari Allah.” Jadi Kitab Suci, secara harafiah berarti “Kitab-kitab suci dari Allah,” atau “koleksi kitab kepunyaan Allah dan berasal dari Allah.”  Alkitab juga disebut sebagai Firman Allah. Mengapa? Karena pernyataan yang dibuat oleh para rasul seperti Petrus dan Paulus. 2 Timotius 3:16-17 adalah contoh yang baik: “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakukan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.” 
Berulang-ulang, kita diyakinkan bahwa Alkitab bukanlah sekadar koleksi tulisan manusia tentang Allah. Melainkan, Alkitab memuat Firman Allah sendiri, yang ditulis melalui pena manusia, mungkin hingga empat puluh orang atau lebih, dalam kurun waktu antara 1500 hingga 1600 tahun. Proses dengan mana Allah menggerakkan orang-orang ini untuk menulis kitab-kitab ini disebut inspirasi, yang secara harafiah berarti “mengilhamkan.” Dalam 2 Petrus 1:21 Petrus menggambarkannya begini: “… tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.”  Kata “didorong” di sini memberikan gambaran yang indah dalam bahasa Yunaninya, yaitu “phero.” Coba Anda membayangkan berada di sebuah perahu yang didorong oleh gelombang atau layarnya ditiup angin, maka Anda menangkap ide inspirasi seperti yang digambarkan oleh Petrus di sini. 
Susunan Alkitab Setelah membahas apa sebenarnya Alkitab itu, mari sekarang kita mempelajari bagaimana susunannya. Bertentangan dengan apa yang mungkin Anda perkirakan, kitab-kitab ini bukan ditulis secara kronologis, dan juga bukan dikelompokkan menurut penulisnya. Melainkan, disusun menurut jenis dan pesannya. Dua kelompok utama kitab adalah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dulunya tidak demikian, untuk alasan yang sudah jelas. Di zaman Yesus misalnya, belum ada pembagian menjadi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Perjanjian Baru belum ditulis, jadi kitab-kitab yang ada di zaman Yesus hanya disebut “Firman Allah” atau “Kitab Suci.” Setelah Perjanjian Baru ditulis dan dijadikan koleksi kitab-kitab, baru diadakan pembagian antara Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru. Pesan inti Perjanjian Lama adalah bahwa Yesus akan datang. Pada mulanya, menurut Kitab Suci, Allah dan manusia hidup harmonis satu dengan yang lain. Akan tetapi Allah menjadikan manusia makhluk yang dapat memilih, dan manusia memilih untuk berpaling dari Allah. Karena Allah tidak mungkin mentolerir pemberontakan (dosa), Allah berpaling dari manusia. Demikianlah terjadi semacam “perceraian” antara Allah dengan manusia. Perceraian di antara Allah dengan manusia inilah masalah mendasar yang dibahas Kitab Suci.  Dalam Perjanjian Lama, Allah mengatakan kepada kita, “Apakah engkau akan percaya kepada-Ku, kalau Aku mengatakan bahwa Aku akan melakukan sesuatu tentang perceraian itu?” Dalam Perjanjian Baru Allah mengatakan kepada kita, “Apakah engkau akan percaya kepada-Ku, kalau Aku mengatakan bahwa Aku telah melakukan sesuatu tentang perceraian itu?” Sebab Perjanjian Lama mengatakan, “Yesus akan datang untuk memperdamaikan perceraian di antara Allah dengan ciptaan-Nya.” Perjanjian Baru memberitahukan kabar baik ini: Yesus telah datang, dan ketika Yesus datang, Ia telah memperdamaikan perceraian di antara Allah dengan manusia.” Selain pembagian utama antara Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru, ada pembagian lebih lanjut dari masing-masing Perjanjian. Kitab-kitab dalam Perjanjian Lama terbagi menjadi lima kelompok.  Pertama, ada lima kitab Hukum. Dalam kelima kitab Hukum ini, Allah menjelaskan apa yang benar dan apa yang salah, memberi kita standar kebenaran-Nya.  Berikutnya, sepuluh kitab Sejarah, yang pada intinya menjelaskan bahwa terkadang umat Allah mematuhi kitabkitab Hukum tersebut dan terkadang tidak. Kisah mereka menjadi teladan dan peringatan bagi kita. Ayat kunci bagi seluruh sejarah yang dicatat dalam Alkitab ditemukan dalam Perjanjian Baru. Paulus mengatakan bahwa segala yang terjadi pada orang yang kita baca kisahnya dalam Alkitab adalah untuk menjadi teladan dan peringatan. Ketika mereka mematuhi Firman yang Allah berikan kepada mereka, mereka menjadi teladan bagi kita. Ketika mereka mengikuti kehendak mereka sendiri, mereka menjadi peringatan bagi kita.
Kitab-kitab Sejarah disusul dengan kitab-kitab Puisi. Dalam kitab-kitab Puisi, Allah berbicara kepada hati umatNya disaat mereka berupaya melakukan Firman-Nya di dunia ini. Misalnya, kitab Ayub berbicara kepada hati umat Allah ketika mereka sedang diliputi kepedihan. Kitab Mazmur berbicara kepada hati mereka ketika mereka sedang beribadah. Kitab Amsal berbicara kepada hati mereka ketika mereka membutuhkan hikmat yang memperlengkapi mereka untuk berurusan dengan sesama manusia. Kidung Agung atau Kidung Salomo berbicara kepada hati mereka ketika mereka sedang berkasihkasihan. Masing-masing kitab ini berisi pertolongan praktis sekaligus dorongan bagi orang percaya. Bagian berikutnya dari Perjanjian Lama adalah yang terbesar. Itulah kitab para Nabi. Bagian ini dibagi lebih lanjut menjadi kitab Nabi Besar dan kitab Nabi Kecil – bukan karena penting atau kurang pentingnya pesan mereka, melainkan karena panjangnya. Nabi-nabi besar membutuhkan ungkapan lebih panjang untuk menyampaikan maksud mereka!   Dalam Perjanjian Baru kita juga mempunyai lima jenis kitab. Pertama adalah empat Biografi Yesus (juga disebut Injil), yang ditulis oleh Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Kemudian sebuah kitab Sejarah, yaitu Kisah Para Rasul. Lalu, surat-surat para rasul yang juga dibagi
menjadi dua: Surat-surat Paulus dan Surat-surat Umum. Setengah Perjanjian Baru terdiri dari surat-surat yang ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat yang baru percaya setelah Kebangkitan Yesus dari antara orang mati. Suratsurat lainnya ditulis oleh berbagai orang. Pada akhirnya ada sebuah kitab Nubuat, yaitu Kitab Wahyu. Saat kita mempelajari Alkitab, datanglah kepada Perjanjian Lama dengan menyadari apa pesan intinya: yaitu bahwa Yesus akan datang. Tentang itulah sesungguhnya inti Perjanjian Lama itu. Datanglah kepada Perjanjian Baru dengan mencari pesan ini: yaitu bahwa Yesus telah datang. Tentang itulah sesungguhnya  inti Perjanjian Baru itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar