“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaku
mengenai kamu, demikianlah Firman Tuhan yaitu rancangan damai sejahtera bukan
rancangan kecelakaan untuk memberikan padamu hari depan yang penuh harapan”
(Yeremia 29:11).
Menjadi pengikut Tuhan tidak
memberi jaminan bahwa hidup kita akan mulus-mulus saja. Mengikut Tuhan tidak
memberi jaminan bahwa hidup kita akan tanpa masalah. Sebaliknya mengikut Tuhan
berarti kita harus siap menderita dan siap memikul salib.
Kemarin saya
menonton dan menyaksikan sidang vonis ahok di salah satu chanel TV. Setelah
sidang beruntut yang panjang, Ahok, Gubernur DKI Jakarta yang menjadi terdakwa
penistaan agama akhirnya di vonis pidana 2 Tahun penjara oleh Hakim. Ini bukan curahan hati saya semata tapi saya hanya ingin bersaksi lewat tulisan saya, dan kebetulan ada kisah ahok yang begitu menginspirasi. Ketika
menyimak setiap pertimbangan yang dibacakan hakim padweta sidang vonis kemarin, memang semuanya terdengar
begitu memberatkan sehingga saya telah menduga bahwa Ahok memang akan dipidana
penjara. Namun apa yang terjadi sungguh diluar nalar saya. Hakim justru
memberikan vonis hukuman yang bahkan jauh lebih tinggi dari tuntutan jaksa
penuntut umum. Dalam hati saya berkata “benar-tidak adil, tidak masuk diakal”. Saya
bahakn berpikir apakah mungkina ada konspirasi. Apakah mungkin ini hanya
rekayasa atau semacam strategi politik yang kotor. Nurani saya benar-benar tersakiti,
saya sedih sampai hampir meneteskan air mata menyaksikan ketidak-adilan yang
terjadi. Belum hilang kekecewaan atas kekalahan Ahok di Pilkada DKI, sekarang
sudah dibuat kecewa lagi oleh peradilan dan penegakkan hukum yang tidak
independen dan terkesan ditekan. Menyedihkan, namun inilah kenyataan yang harus
diterima dengan lapang hati.
Ahok dan
keluarganya adalah Kristen yang taat. Kekristenan yang mereka tampilkan bukan
sekedar kata-kata tapi nyata dalam perbuatan dan cara hidup mereka. Sosok Ahok
telah menginspirasi banyak orang termasuk saya. Ia sperti lilin yang hadir
ditengah-tengah kegelapan, memberi suatu perubahan yang berarti bukan hanya
bagi daerah yang dipimpinnya tapi bagi bangsa dan negara. Bahkan ketika dia
harus menjalani malam-malam nya didalam penjara, ada begitu dukungan dan doa
dari segala penjuru yang tetap diberikan untuknya. Apa yang dialami Ahok
benar-benar membuka mata kita bahwa sesungguhnya seorang pengikut Tuhan memang
harus siap menderita. Ahok dipenjara untuk suatu kesalahan yang direkayasa.
Namun dia sendiri tidak banyak mengeluh. Ketika jawaban Tuhan atas doa-doanya
adalah “Tidak” atau “Tunggu”, maka apa yang menjadi respon Ahok benar-benar
menunjukkan kualitas imannya. Dia
percaya bahwa semua ada dalam rencana Tuhan. Mungkin ini salib yang harus dia pikul untuk mengikut Tuhan. Bahkan dia meyakini bahwa ketika Tuhan sudah membawanya sampai sejauh ini, Tuhan pasti tidak akan meninggalkannya. Begitupun seharusnya kita. Kita
yang sering mendoakan Ahok namun dibawa pada kenyataan yang pahit seperti inti
seharusnya juga menunjukkan kaulitas iman kita sebagai orang Kristen. Kita
harus percaya bahwa semua ayng terjadi ada didalam Kontrol Tuhan. Ketika kita
mendoakan Ahok jadi gubernur, Tuhan berkata “Tidak”. Ketika kita mendoakan Ahok
bebas, Tuhan berkata “Tunggu”. Ahok sendiri masih mengajukan banding, dan putusannya
nanti apakah bebas atau tetap dihukum, tidak ada yang tau. Entah apa rencana
Tuhan, entah apa jawaban Tuhan nantinya. Tapi satu hal, rencana Tuhan adalah
yang terindah sebagaimana yang dikatakan nabi Yeremia “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaku
mengenai kamu, demikianlah Firman Tuhan yaitu rancangan damai sejahtera bukan
rancangan kecelakaan untuk memberikan padamu hari depan yang penuh harapan”
(Yeremia 29:11).
Pengikut
Kristus memang harus menderita untuk bisa dimuliakan. Lihatlah contoh Yusuf
yang dibuang oleh saudara-sauduranya, dijual (kejadian 37:36), difitnah oleh
istri potifar dan dipenjarakan (Kejadian 39:14;20), namun Yusuf menjadi
kesayangan Kepala penjara (Kejadian 39:21) dan pada akhirnya Yusuf menjadi penguasa
Mesir (Kejadan 41). Lihatlah rasul-rasul, Petrus, Paulus dan Silas. Mereka juga
pengikut Kristus yang harus diadili bahkan penjarakan karena mengikut Kristus
dan membela kebenaran. Tapi pada akhirnya dibebaskan oleh tangan Tuhan yang
dahsyat. (Kisah Para Rasul 5:18,19;
12:5-7; 16:25,26). Bukan mustahil Tuhan akan membebaskan Ahok. Bahkan
jika Tuhan nantinya tidak melakukan itu, tetap percaya bahwa itu adalah yang
terbaik menurut kacamata Tuhan. Satu hal yang penting, kehidupan orang yang
takut akan Tuhan tidak akan pernah sia-sia, sebagaimana yang dikatakan Paulus “karena bagiku hidup adalah kristus dan mati
adalah keuntungan” (Filipi 1:21). Hal itu juga pernah diucapkan Ahok
tahun-tahun yang lalu ketika beredar isu dia akan dibunuh. Lihatlah, bagaimana
kaulitas iman orang percaya. Bahkan kopi pahit akan terasa manis seperti madu
ketika kita hidup sebagai orang percaya.
Saya berpikir,
mungkin Tuhan puya maksud yang besar atas peristiwa ini. Ketika saya melihat
dari sudut pandang sebagai manusia biasa, saya melihat ketidakadilan dari segi
kemanusiaan. Namun ketika melihatnya dari sudut pandang sebagai orang Kristen
terlebih sebagai anak Tuhan, disinilah nyata keperkasaan Tuhan. Jalan-jalannya
memang tidak bisa diselami oleh pikiran manusia yang terbatas. Mungkin saat ini
Tuhan sedang mengajak kita untuk berefleksi atas apa yang terjadi. Dia igin
kita mengerti bahwa ada sesuatu yang besar yang akan dilakukannya. Dia juga
ingin agar kita mengerti makan yan tersirat lewat peristiwa Ahok. Pagi ini
ketika saya memutuskan untuk kembali menulis blog ditengah kesibukan dan
padatnya kegiatan hari ini, saya terinsipirasi dari kisah Ahok. Bukan berniat untuk mencurahkan isi hati saya atas kekecewaan karena vonis ahok, tapi saya mau menyampaikan satu pesan firman lewat kisah Ahok. Sebelumnya saya
teringat sesuatu yang akhirnya membuat saya menangis pagi ini hingga akhirnya
saya memutuskan untuk menulis renungan ini. Seperti ada yang menyuruh dan menggerakkan saya.
Apa yang
membuat saya menangis pagi ini adalah sesuatu yang mungkin Tuhan inginkan untuk
saya lihat atau pikirkan. Peradilan ahok dan vonis yang diberikan padanya
sungguh tidak adil. Melihat sosok Ahok yang tak bersalah namun harus menanggung
hukuman penjara sudah cukup menyayat hati. Saya teringat pada Matius 26 dan 27
ketika Yesus Agama untuk diadili untuk dihukum mati. Imam-imam kepala dan
Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu untuk Yesus. Bahkan seorang wali negeri,
Pilatus tidak mampu memberikan keputusan yang idnependen. Berdiri pada posisi
aman dan menyerahkan Yesus atas desakan orang banyak. Kisah yang mungkin mirip
dengan Ahok namun ketika dihayati, sejujurnya jauh lebih buruk lagi. Yesus
tidak hanya dihukum 2 Tahun penjara. Dia divonis Hukuman Mati, bukan dengan
tembakan, pancung atau suntik mati, tapi dengan cara yang teramat menyakitkan,
yang membuatnya mati perlahan-lahan. Dia disalibkan bukan karena kesalahannya,
tapi kesalahan dan dosa kita manusia. Bahkan sebelum dihukum mati pun dia harus
menerima berbagai cercaan, diludahi, diolok-olok, disuruh memikul salib. Dalam
hati nurani kita mungkin berkata “sungguh tidak manusiawi” dan “sungguh tidak
adil”. Namun inilah pengorbanan yang harus ditanggung Tuhan untuk pada akhirnya
menang mengalahkan maut dan menjadi Raja diatas segala Raja. Yesus yang harus
memakai mahkota duri pada akhirnya memakai mahkota kemuliaan. Dan mungkin
inilah yang ingin Tuhan perlihatkan pada
saya bahkan pada kita semua lewat kisah Ahok. Tuhan ingin kita menyadari
bagaimana pengorbanannya bagi kita. Tuhan ingin kita melihat kasih dan
keperkasaannya. Tuhan ingin kit menyadari bahwa untuk menjadi seorang pemenang,
kita harus menderita dulu. Kita harus memikul salib dan menangkal diri untuk
mengikut Tuhan. Namun kita juga berpengharapan bahwa sebagaimana Kristus telah
menang mengalahkan maut, kita juga pasti memang dari setiap pergumulan kita.
Tak terkecuali Ahok, orang benar pasti
akan dimenangkan. Mungkin belum sekarang. Mungkin Tuhan sedang meminta kita
menunggu. Atau mungkin Tuhan berkata “Tidak” sebagai jawaban atas doa kita sebagaimana Tuhan juga "berkata tidak" atas doa Yesus yang meminta agar cawan penderitaan yang harus diminumnya dilalukan dari padanya. Walau jawabannya tidak, Yesus tetap percaya dan berserah pada Allah. Dia percaya bahwa kehendak Tuhan adalah yang terbaik. demikian juga seharusnya kita bersikap. Percaya bahwa pada waktu-Nya nanti, Tuhan akan
berkata “Lihatlah, Keadilan –KU telah dinyatakan”, dan percaya saja bahwa semua
pasti indah pada waktu-Nya. (TIP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar