Banyak orang yang membaca Alkitab menganggap Kitab Imamat sebagai
kitab yang sangat sulit. Mereka bosan membaca segala spesifikasi Kemah Suci
dalam tiga pasal terakhir Kitab Keluaran. Ketika sampai pada Kitab Imamat,
mereka kehilangan tekad untuk membaca Alkitab hingga selesai. Kata “Imamat”
secara harafiah berarti “berhubungan dengan orang Lewi.” Orang Lewi adalah imam
orang Ibrani.
Untuk memahami Kitab Imamat, Anda mutlak perlu memahami “Tabut Perjanjian” di mana para imam ini bertanggung jawab mempersembahkan korban serta melaksanakan liturgi lainnya. Belakangan, bait Salomo, yang sangat detil, dibangun dengan pola yang sama seperti Kemah Suci orisinil yang dibangun oleh Musa di padang belantara. Salah satu hal paling penting tentang Kemah Suci adalah bahwa letaknya harus di tengah-tengah perkemahan sementara kedua belas suku Israel mengembara di padang belantara selama empat puluh tahun. Fakta bahwa Kemah Suci harus didirikan di tengah-tengah perkemahan mereka mengilustrasikan sesuatu.
Perintah Allah yang pertama mengatakan bahwa Allah harus diutamakan. Kitab Suci mengajarkan bahwa Allah harus menjadi sentral kehidupan kita. Hal itu didemonstrasikan atau diilustrasikan oleh fakta bahwa Kemah Suci didirikan di tengah-tengah perkemahan mereka. Mungkin kesimpulan terpenting yang dapat kita petik tentang Kemah Suci adalah fakta bahwa Allah secara harafiah, secara nyata, bersemayam di dalam kemah tersebut. Kita diberitahu bahwa ketika Musa selesai membangun Kemah Suci ini, kehadiran dan kemuliaan Allah turun memenuhi bagian dalamnya, yang dikenal sebagai tempat maha kudus, melambangkan bagaimana Roh Kudus tinggal di dalam orang percaya sekarang ini. Saat bangsa Israel mengembara di padang belantara, awan yang melayang-layang di atas kemah ini memandu mereka. Ketika awannya bergerak, mereka pun bergerak. Ketika awannya berhenti, mereka pun berhenti. Dengan demikian awan ini menuntun mereka. Mereka boleh mendekati kemah ini untuk memohon ampun, untuk beribadah, dan untuk memohon petunjuk.
Konstruksi Kemah Suci Sekarang kita sudah memahami maksud kemah ini, mari kita mengamati konstruksinya. Kemah Suci ini mempunyai pagar di sekelilingnya, terbuat dari bahan yang menyerupai kanvas. Area di dalam pagar yang mengelilingi kemah tertutup ini disebut halaman. Belakangan, halaman di bait Salomo dibuat cukup besar (lebih dari 5,5 hektar). Akan tetapi halaman Kemah Suci pertama ini tidak besar.
Untuk memahami Kitab Imamat, Anda mutlak perlu memahami “Tabut Perjanjian” di mana para imam ini bertanggung jawab mempersembahkan korban serta melaksanakan liturgi lainnya. Belakangan, bait Salomo, yang sangat detil, dibangun dengan pola yang sama seperti Kemah Suci orisinil yang dibangun oleh Musa di padang belantara. Salah satu hal paling penting tentang Kemah Suci adalah bahwa letaknya harus di tengah-tengah perkemahan sementara kedua belas suku Israel mengembara di padang belantara selama empat puluh tahun. Fakta bahwa Kemah Suci harus didirikan di tengah-tengah perkemahan mereka mengilustrasikan sesuatu.
Perintah Allah yang pertama mengatakan bahwa Allah harus diutamakan. Kitab Suci mengajarkan bahwa Allah harus menjadi sentral kehidupan kita. Hal itu didemonstrasikan atau diilustrasikan oleh fakta bahwa Kemah Suci didirikan di tengah-tengah perkemahan mereka. Mungkin kesimpulan terpenting yang dapat kita petik tentang Kemah Suci adalah fakta bahwa Allah secara harafiah, secara nyata, bersemayam di dalam kemah tersebut. Kita diberitahu bahwa ketika Musa selesai membangun Kemah Suci ini, kehadiran dan kemuliaan Allah turun memenuhi bagian dalamnya, yang dikenal sebagai tempat maha kudus, melambangkan bagaimana Roh Kudus tinggal di dalam orang percaya sekarang ini. Saat bangsa Israel mengembara di padang belantara, awan yang melayang-layang di atas kemah ini memandu mereka. Ketika awannya bergerak, mereka pun bergerak. Ketika awannya berhenti, mereka pun berhenti. Dengan demikian awan ini menuntun mereka. Mereka boleh mendekati kemah ini untuk memohon ampun, untuk beribadah, dan untuk memohon petunjuk.
Konstruksi Kemah Suci Sekarang kita sudah memahami maksud kemah ini, mari kita mengamati konstruksinya. Kemah Suci ini mempunyai pagar di sekelilingnya, terbuat dari bahan yang menyerupai kanvas. Area di dalam pagar yang mengelilingi kemah tertutup ini disebut halaman. Belakangan, halaman di bait Salomo dibuat cukup besar (lebih dari 5,5 hektar). Akan tetapi halaman Kemah Suci pertama ini tidak besar.
Ada beberapa perabotan dalam Kemah Suci ini yang sangat penting.
Perlu kita perhatikan bahwa terdapat pegangan pada semua perabotan ini. Hal itu
perlu sebab semuanya harus dibawa selama mereka mengembara di padang gurun.
Perabot pertama di halaman, setelah melewati pagar, adalah Mezbah Tembaga.
Mezbah ini menyerupai panggangan arang. Api pada mezbah ini terus dinyalakan.
Ketika seorang pendosa datang ke kemah ini memohon ampun, ia akan disambut di
pagar halaman oleh seorang imam. Lalu hewan yang ia bawa serta akan disembelih
menurut penggambaran yang diberikan dalam Kitab Imamat. Setelahnya, hewan
korban tersebut akan diletakkan oleh sang imam pada mezbah tembaga tersebut.
Sang pendosa tetap di pagar halaman. Ia tidak pernah memasuki bagian Kemah Suci
yang tertutup. Sang imamlah yang masuk ke dalam bagian tersebut menggantikannya.
Setelah sang imam meletakkan hewan korbannya di atas mezbah terbuka, sementara
asap korbannya naik kepada Allah, sang imam pindah ke perabot berikutnya di
halaman, yang disebut bejana pembasuhan. Bentuknya seperti tempat mandi burung
yang besar. Di sinilah sang imam akan membersihkan dirinya atas nama orang
berdosa itu, yang tetap berada di pagar halaman.
Tabut Perjanjian, atau bagian kemah yang tertutup, dibagi menjadi dua bagian. Bagian sebelah luar disebut Tempat Kudus. Ada sebuah tabir yang sangat tebal memisahkan Tempat Kudus ini dengan bagian sebelah dalamnya, yang disebut Tempat Maha Kudus. Di Tempat Maha Kudus itulah Allah bersemayam. Tabir ini dibuat dari bahan yang sangat kuat. Josephus mengatakan bahwa beberapa ekor kuda yang menarik ke arah berlawanan pun tidak akan sanggup mengoyakkannya. Sedangkan tabir di bait Salomo, yang masih digunakan di zaman Yesus, berukuran demikian besarnya sehingga menyerupai tirai teater. Kita diberitahu dalam Injil bahwa begitu Yesus mati di kayu salib, tabir ini, yang memisahkan Tempat Kudus dengan Tempat Maha Kudus, terbelah dari atas ke bawah (lihat Markus 15:38). Demikianlah salah satu mujizat besar dalam Alkitab, sayangnya sering kali kurang diperhatikan.
Ada empat perabot di dalam Kemah Suci. Setelah membersihkan diri di halaman pada bejana pembasuhan, sang imam masuk ke bagian pertama dari kemah yang tertutup, yaitu Tempat Kudus. Di sebelah kirinya terdapat kandil. Kandil ini sangat penting. Kandil ini merepresentasikan Penyataan atau Wahyu yang telah Allah berikan kepada umat Allah ketika Ia memberi mereka Firman Allah – dan, tentu, penyataan atau wahyu ini menunjukkan bagaimana caranya mendekati Allah. Maka sang imam akan beribadah di hadapan kandil ini dan mengucap syukur kepada Allah atas Penyataan atau Wahyu yang telah Ia berikan kepada umat-Nya serta kepada si pendosa yang masih menunggu di pagar halaman.
Tabut Perjanjian, atau bagian kemah yang tertutup, dibagi menjadi dua bagian. Bagian sebelah luar disebut Tempat Kudus. Ada sebuah tabir yang sangat tebal memisahkan Tempat Kudus ini dengan bagian sebelah dalamnya, yang disebut Tempat Maha Kudus. Di Tempat Maha Kudus itulah Allah bersemayam. Tabir ini dibuat dari bahan yang sangat kuat. Josephus mengatakan bahwa beberapa ekor kuda yang menarik ke arah berlawanan pun tidak akan sanggup mengoyakkannya. Sedangkan tabir di bait Salomo, yang masih digunakan di zaman Yesus, berukuran demikian besarnya sehingga menyerupai tirai teater. Kita diberitahu dalam Injil bahwa begitu Yesus mati di kayu salib, tabir ini, yang memisahkan Tempat Kudus dengan Tempat Maha Kudus, terbelah dari atas ke bawah (lihat Markus 15:38). Demikianlah salah satu mujizat besar dalam Alkitab, sayangnya sering kali kurang diperhatikan.
Ada empat perabot di dalam Kemah Suci. Setelah membersihkan diri di halaman pada bejana pembasuhan, sang imam masuk ke bagian pertama dari kemah yang tertutup, yaitu Tempat Kudus. Di sebelah kirinya terdapat kandil. Kandil ini sangat penting. Kandil ini merepresentasikan Penyataan atau Wahyu yang telah Allah berikan kepada umat Allah ketika Ia memberi mereka Firman Allah – dan, tentu, penyataan atau wahyu ini menunjukkan bagaimana caranya mendekati Allah. Maka sang imam akan beribadah di hadapan kandil ini dan mengucap syukur kepada Allah atas Penyataan atau Wahyu yang telah Ia berikan kepada umat-Nya serta kepada si pendosa yang masih menunggu di pagar halaman.
Di sebelah kanan terdapat meja-meja tempat menaruh roti sajian.
Tujuannya adalah untuk mengingatkan sang imam tentang apa yang dilambangkan
oleh manna, bahwa Allah memberi kepada kita makanan yang secukupnya setiap
harinya. Berikutnya, bersandar pada tabir yang menutupi jalan menuju Tempat
Maha Kudus, terdapat Mezbah untuk membakar ukupan. Pada Mezbah ukupan ini sang
imam akan berdiri dan berdoa syafaat bagi si pendosa yang tetap menunggu di
luar. Demikianlah sang imam akan melakukannya sejauh itu, lalu ia akan kembali
menjumpai pendosa lainnya dan mengulang prosedur yang sama. Sekali setahun,
semua orang akan berkumpul di sekeliling Kemah Suci. Pada kesempatan ini, imam
besar akan masuk ke Tempat Maha Kudus di balik tabir dan mempersembahkan korban
darah demi dosa semua orang. Saat kita mempelajari Kemah Suci ini, perlu kita
sadari bahwa setiap perabot di dalamnya mepresentasikan kiasan gambaran tentang
Yesus Kristus. Oleh karenanya, mari kita mempelajarinya satu per satu.
Perabotan Kemah Suci Mezbah Tembaga sesungguhnya melambangkan Injil
Perjanjian Baru. Semua hewan korban yang dipersembahkan pada Mezbah Tembaga
ini, dan semua persembahan hewan korban yang pernah dilakukan, digenapi ketika
Yesus mati di kayu salib. Mezbah Tembaga ini mengatakan, “Engkau tidak bisa
mendekati Allah yang kudus tanpa persembahan. ‘Tanpa penumpahan darah tidak ada
pengampunan.’” (lihat Ibrani 9:22). Perabot yang disebut Bejana pembasuhan, di
mana sang imam membersihkan dirinya sebelum masuk ke Tempat Kudus, mau
mengatakan apa yang banyak dinyatakan dalam Kitab Suci: “Siapakah yang boleh
naik ke atas gunung Tuhan? Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya.”
(Mazmur 24:4).
Persekutuan dengan Allah adalah tujuan utama Kemah Suci. Segalanya bergerak ke arah sana. Dan dalam Alkitab, persekutuan dengan Allah sering kali diumpamakan sebagai hidangan. Bejana pembasuhan ini mengilustrasikan apa yang sering dikatakan oleh ibu kita ketika kita masih kecil, “Basuhlah tanganmu sebelum duduk di meja makan.” Bersihkanlah dirimu sebelum bersekutu dengan Allah. Anda harus dibasuh, Anda harus dibersihkan. Demikianlah arti bejana pembasuhan itu. Sementara sang imam berdiri di hadapan kandil emas, ia mengakui bahwa Allah itulah sumber Alkitab. Ia mengakui bahwa Firman Allah adalah terang yang memandu kita. Ia beribadah dan mengucap syukur kepada Allah yang memberikan penyataan atau wahyu kepada orang berdosa yang menunggu di luar, tentang bagaimana ia dapat diselamatkan dan mendekati Allah yang kudus dalam ibadah.
Meja tempat menaruh roti sajian melambangkan fakta bahwa Allah akan memelihara umat-Nya dan memenuhi kebutuhan mereka. Jelas bahwa Allah tidak pernah menghendaki kita melupakan fakta bahwa Dialah sumber ketahanan kita. Allah menghendaki kita mempercayai-Nya dan bersandar kepada-Nya untuk segala kebutuhan kita, baik fisik, emosional, mental, maupun rohani. Berikutnya, ada Mezbah untuk membakar ukupan. Saat sang imam berdiri di hadapan mezbah ini, ia akan berdoa bagi si pendosa yang tetap menunggu di luar pagar halaman. Dalam hal ini, sang imam menggambarkan Yesus Kristus, Imam Besar Agung kita, yang berdoa syafaat bagi kita kepada Bapa.
Persekutuan dengan Allah adalah tujuan utama Kemah Suci. Segalanya bergerak ke arah sana. Dan dalam Alkitab, persekutuan dengan Allah sering kali diumpamakan sebagai hidangan. Bejana pembasuhan ini mengilustrasikan apa yang sering dikatakan oleh ibu kita ketika kita masih kecil, “Basuhlah tanganmu sebelum duduk di meja makan.” Bersihkanlah dirimu sebelum bersekutu dengan Allah. Anda harus dibasuh, Anda harus dibersihkan. Demikianlah arti bejana pembasuhan itu. Sementara sang imam berdiri di hadapan kandil emas, ia mengakui bahwa Allah itulah sumber Alkitab. Ia mengakui bahwa Firman Allah adalah terang yang memandu kita. Ia beribadah dan mengucap syukur kepada Allah yang memberikan penyataan atau wahyu kepada orang berdosa yang menunggu di luar, tentang bagaimana ia dapat diselamatkan dan mendekati Allah yang kudus dalam ibadah.
Meja tempat menaruh roti sajian melambangkan fakta bahwa Allah akan memelihara umat-Nya dan memenuhi kebutuhan mereka. Jelas bahwa Allah tidak pernah menghendaki kita melupakan fakta bahwa Dialah sumber ketahanan kita. Allah menghendaki kita mempercayai-Nya dan bersandar kepada-Nya untuk segala kebutuhan kita, baik fisik, emosional, mental, maupun rohani. Berikutnya, ada Mezbah untuk membakar ukupan. Saat sang imam berdiri di hadapan mezbah ini, ia akan berdoa bagi si pendosa yang tetap menunggu di luar pagar halaman. Dalam hal ini, sang imam menggambarkan Yesus Kristus, Imam Besar Agung kita, yang berdoa syafaat bagi kita kepada Bapa.
Rangkuman Segalanya dalam Kemah Suci adalah tentang Yesus. Dialah
Terang Dunia, Dialah Roti Kehidupan, Dialah korban yang sempurna. Dialah yang
datang membersihkan kita. Sesungguhnya Injil Yesus Kristuslah yang Anda lihat
dalam Kemah Suci itu. Hanya dengan memahami Kemah Suci itulah Anda dapat
memahami Kitab Imamat sebab Kitab Imamat adalah buku panduan yang digunakan
oleh sang imam saat ia memimpin upacara dalam Kemah Suci. Apakah Anda mengenal
Yesus yang digambarkan dalam kemah suci ini? [sabda.org]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar